Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti
kita jaga dan rutinkan. Di antara
keutamaannya, shalat sunnah akan
menutupi kekurangan pada shalat wajib.
Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada
yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan
sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi,
tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga
kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam
shalat. Moga dengan memahami
pembahasan berikut ini semakin
menyemangati kita untuk terus menjaga
shalat sunnah.
Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada
Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
« ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ
ﻟِﻤَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺓِ ﻋَﺒْﺪِﻯ
ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻧَﻘَﺼَﻬَﺎ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺗَﺎﻣَّﺔً
ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ
ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ
ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺗُﺆْﺧَﺬُ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ
ﻋَﻠَﻰ ﺫَﺍﻛُﻢْ » .
“ Sesungguhnya amalan yang pertama kali
dihisab pada manusia di hari kiamat nanti
adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata
kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku.
Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak?
Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat
baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan,
maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika
hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan
yang ada pada amalan wajib dengan
amalan sunnahnya.” Kemudian amalan
lainnya akan diperlakukan seperti ini .” (HR.
Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan
Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih )
Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan
derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia
berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –
bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam -, lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang
karenanya Allah memasukkanku ke dalam
surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata
pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu
amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya,
Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun
masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang
ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻻَ ﺗَﺴْﺠُﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ
ﺳَﺠْﺪَﺓً ﺇِﻻَّ ﺭَﻓَﻌَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﺩَﺭَﺟَﺔً ﻭَﺣَﻂَّ ﻋَﻨْﻚَ ﺑِﻬَﺎ
ﺧَﻄِﻴﺌَﺔً
“ Hendaklah engkau memperbanyak sujud
(perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud
karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatmu dan menghapuskan
dosamu’ .” Lalu Ma’dan berkata, “ Aku pun
pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya
hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’
menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku .” (HR. Muslim no. 488).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits
ini adalah dorongan untuk memperbanyak
sujud dan yang dimaksud adalah
memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh
Shahih Muslim, 4: 205). Cara
memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan
memperbanyak shalat sunnah.
Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -
radhiyallahu ‘anhu - dia berkata,
ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﺑِﻴﺖُ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺄَﺗَﻴْﺘُﻪُ ﺑِﻮَﺿُﻮﺋِﻪِ ﻭَﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﺳَﻞْ
ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣُﺮَﺍﻓَﻘَﺘَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮَ
ﺫَﻟِﻚَ ﻗُﻠْﺖُ ﻫُﻮَ ﺫَﺍﻙَ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻚَ
ﺑِﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ
“Saya pernah bermalam bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
aku membawakan air wudhunya dan air
untuk hajatnya. Maka beliau berkata
kepadaku, “ Mintalah kepadaku.” Maka aku
berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa
menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yang
lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka
beliau menjawab, “ Bantulah aku untuk
mewujudkan keinginanmu dengan banyak
melakukan sujud (memperbanyak
shalat) .” (HR. Muslim no. 489)
Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﺍﺳْﺘَﻘِﻴﻤُﻮﺍ ﻭَﻟَﻦْ ﺗُﺤْﺼُﻮﺍ ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻜُﻢُ
ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﻻَ ﻳُﺤَﺎﻓِﻆُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮﺀِ ﺇِﻻَّ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ
“ Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali
kalian tidak dapat istiqomah dengan
sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya
amalan kalian yang paling utama adalah
shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu
melainkan ia adalah seorang mukmin. ” (HR.
Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih )
Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang rajin mengamalkan amalan
sunnah secara umum, maka ia akan menjadi
wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang
dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
ﺃَﻟَﺎ ﺇِﻥَّ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻫُﻢْ
ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥَ ( 62) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ ( 63 )
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus:
62-63)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan,
ﻓَﻜُﻞُّ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﺗَﻘِﻴًّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻟِﻴًّﺎ
“ Setiap orang mukmin (beriman) dan
bertakwa, maka dialah wali Allah. ” (Majmu’
Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah
orang yang memiliki ilmu sakti, bisa
terbang, memakai tasbih dan surban.
Namun yang dimaksud wali Allah
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah
sendiri dalam surat Yunus di atas. “ Syarat
disebut wali Allah adalah beriman dan
bertakwa ” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi
jika orang-orang yang disebut wali malah
orang yang tidak shalat dan gemar maksiat,
maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut
wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua
macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun
(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-
habul yamin (wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adalah hamba
Allah yang selalu mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan sunnah di samping
melakukan yang wajib serta dia
meninggalkan yang haram sekaligus yang
makruh.
Al Abror ash-habul yamin adalah hamba
Allah yang hanya mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan yang wajib dan
meninggalkan yang haram, ia tidak
membebani dirinya dengan amalan sunnah
dan tidak menahan diri dari berlebihan
dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman
Allah Ta’ala ,
ﺇِﺫَﺍ ﻭَﻗَﻌَﺖِ ﺍﻟْﻮَﺍﻗِﻌَﺔُ ( 1) ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻮَﻗْﻌَﺘِﻬَﺎ ﻛَﺎﺫِﺑَﺔٌ ( 2)
ﺧَﺎﻓِﻀَﺔٌ ﺭَﺍﻓِﻌَﺔٌ ( 3) ﺇِﺫَﺍ ﺭُﺟَّﺖِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﺭَﺟًّﺎ (4 )
ﻭَﺑُﺴَّﺖِ ﺍﻟْﺠِﺒَﺎﻝُ ﺑَﺴًّﺎ (5 ) ﻓَﻜَﺎﻧَﺖْ ﻫَﺒَﺎﺀً ﻣُﻨْﺒَﺜًّﺎ (6 )
ﻭَﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟًﺎ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔً (7 ) ﻓَﺄَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﻴْﻤَﻨَﺔِ ﻣَﺎ
ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﻴْﻤَﻨَﺔِ ( 8 ) ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺸْﺄَﻣَﺔِ ﻣَﺎ
ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺸْﺄَﻣَﺔِ ( 9) ﻭَﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻘُﻮﻥَ ﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻘُﻮﻥَ
( 10 ) ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻘَﺮَّﺑُﻮﻥَ ( 11 ) ﻓِﻲ ﺟَﻨَّﺎﺕِ ﺍﻟﻨَّﻌِﻴﻢِ
( 12 ) ﺛُﻠَّﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻟِﻴﻦَ ( 13 ) ﻭَﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮِﻳﻦَ
( 14 )
“ Apabila terjadi hari kiamat,tidak
seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan
(satu golongan) dan meninggikan (golongan
yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung
dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka
jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu
menjadi tiga golongan. Yaitu golongan
kanan. Alangkah mulianya golongan kanan
itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-
orang yang beriman paling dahulu. Mereka
itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada
dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar
dari orang-orang yang terdahulu,dan
segolongan kecil dari orang-orang yang
kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al
furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy
syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal.
51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, kaki dan
tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩَﻯ ﻟِﻰ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺁﺫَﻧْﺘُﻪُ
ﺑِﺎﻟْﺤَﺮْﺏِ ، ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻰَّ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺑِﺸَﻰْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻰَّ
ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﻳَﺘَﻘَﺮَّﺏُ
ﺇِﻟَﻰَّ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣِﺒَّﻪُ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ
ﺳَﻤْﻌَﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻪِ ، ﻭَﺑَﺼَﺮَﻩُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﺑِﻪِ ،
ﻭَﻳَﺪَﻩُ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻳَﺒْﻄُﺶُ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻳَﻤْﺸِﻰ ﺑِﻬَﺎ ،
ﻭَﺇِﻥْ ﺳَﺄَﻟَﻨِﻰ ﻷُﻋْﻄِﻴَﻨَّﻪُ ، ﻭَﻟَﺌِﻦِ ﺍﺳْﺘَﻌَﺎﺫَﻧِﻰ ﻷُﻋِﻴﺬَﻧَّﻪُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa
memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku
akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan
wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-
amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan
memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi
petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk
pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya. ” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa melakukan amalan
sunnah (mustahab) di samping melakukan
amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan
Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk
pada pendengaran, penglihatan, tangan dan
kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya
do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin,
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad,
hadits ke-38).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ ﻟِﻤَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ
ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺓِ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻧَﻘَﺼَﻬَﺎ
ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ
ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ﻓَﺈِﻥْ
ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ
ﺛُﻢَّ ﺗُﺆْﺧَﺬُ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﺍﻛُﻢْ
“ Sesungguhnya amalan yang pertama kali
akan diperhitungkan dari manusia pada hari
kiamat dari amalan-amalan mereka adalah
shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan
pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui
segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat
hamba-Ku, apakah sempurna ataukah
memiliki kekurangan? Jika shalatnya
sempurna, maka akan dicatat baginya
pahala yang sempurna. Namun, jika
shalatnya terdapat beberapa kekurangan,
maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku
memiliki amalan shalat sunnah? Jika ia
memiliki shalat sunnah, maka
sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku
dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan.
Kemudian amalan-amalan lainnya hampir
sama seperti itu. ” Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti
kita jaga dan rutinkan. Di antara
keutamaannya, shalat sunnah akan
menutupi kekurangan pada shalat wajib.
Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada
yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan
sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi,
tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga
kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam
shalat. Moga dengan memahami
pembahasan berikut ini semakin
menyemangati kita untuk terus menjaga
shalat sunnah.
Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada
Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
« ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ
ﻟِﻤَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺓِ ﻋَﺒْﺪِﻯ
ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻧَﻘَﺼَﻬَﺎ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺗَﺎﻣَّﺔً
ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ
ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ
ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺗُﺆْﺧَﺬُ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ
ﻋَﻠَﻰ ﺫَﺍﻛُﻢْ » .
“ Sesungguhnya amalan yang pertama kali
dihisab pada manusia di hari kiamat nanti
adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata
kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku.
Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak?
Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat
baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan,
maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika
hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan
yang ada pada amalan wajib dengan
amalan sunnahnya.” Kemudian amalan
lainnya akan diperlakukan seperti ini .” (HR.
Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan
Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih )
Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan
derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia
berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –
bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam -, lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang
karenanya Allah memasukkanku ke dalam
surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata
pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu
amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya,
Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun
masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang
ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻻَ ﺗَﺴْﺠُﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ
ﺳَﺠْﺪَﺓً ﺇِﻻَّ ﺭَﻓَﻌَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﺩَﺭَﺟَﺔً ﻭَﺣَﻂَّ ﻋَﻨْﻚَ ﺑِﻬَﺎ
ﺧَﻄِﻴﺌَﺔً
“ Hendaklah engkau memperbanyak sujud
(perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud
karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatmu dan menghapuskan
dosamu’ .” Lalu Ma’dan berkata, “ Aku pun
pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya
hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’
menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku .” (HR. Muslim no. 488).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits
ini adalah dorongan untuk memperbanyak
sujud dan yang dimaksud adalah
memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh
Shahih Muslim, 4: 205). Cara
memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan
memperbanyak shalat sunnah.
Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -
radhiyallahu ‘anhu - dia berkata,
ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﺑِﻴﺖُ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺄَﺗَﻴْﺘُﻪُ ﺑِﻮَﺿُﻮﺋِﻪِ ﻭَﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻲ ﺳَﻞْ
ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣُﺮَﺍﻓَﻘَﺘَﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮَ
ﺫَﻟِﻚَ ﻗُﻠْﺖُ ﻫُﻮَ ﺫَﺍﻙَ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻚَ
ﺑِﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ
“Saya pernah bermalam bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
aku membawakan air wudhunya dan air
untuk hajatnya. Maka beliau berkata
kepadaku, “ Mintalah kepadaku.” Maka aku
berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa
menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yang
lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka
beliau menjawab, “ Bantulah aku untuk
mewujudkan keinginanmu dengan banyak
melakukan sujud (memperbanyak
shalat) .” (HR. Muslim no. 489)
Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﺍﺳْﺘَﻘِﻴﻤُﻮﺍ ﻭَﻟَﻦْ ﺗُﺤْﺼُﻮﺍ ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻜُﻢُ
ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﻻَ ﻳُﺤَﺎﻓِﻆُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮﺀِ ﺇِﻻَّ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ
“ Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali
kalian tidak dapat istiqomah dengan
sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya
amalan kalian yang paling utama adalah
shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu
melainkan ia adalah seorang mukmin. ” (HR.
Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih )
Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang rajin mengamalkan amalan
sunnah secara umum, maka ia akan menjadi
wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang
dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
ﺃَﻟَﺎ ﺇِﻥَّ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻫُﻢْ
ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥَ ( 62) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ ( 63 )
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus:
62-63)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan,
ﻓَﻜُﻞُّ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﺗَﻘِﻴًّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻟِﻴًّﺎ
“ Setiap orang mukmin (beriman) dan
bertakwa, maka dialah wali Allah. ” (Majmu’
Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah
orang yang memiliki ilmu sakti, bisa
terbang, memakai tasbih dan surban.
Namun yang dimaksud wali Allah
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah
sendiri dalam surat Yunus di atas. “ Syarat
disebut wali Allah adalah beriman dan
bertakwa ” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi
jika orang-orang yang disebut wali malah
orang yang tidak shalat dan gemar maksiat,
maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut
wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua
macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun
(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-
habul yamin (wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adalah hamba
Allah yang selalu mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan sunnah di samping
melakukan yang wajib serta dia
meninggalkan yang haram sekaligus yang
makruh.
Al Abror ash-habul yamin adalah hamba
Allah yang hanya mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan yang wajib dan
meninggalkan yang haram, ia tidak
membebani dirinya dengan amalan sunnah
dan tidak menahan diri dari berlebihan
dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman
Allah Ta’ala ,
ﺇِﺫَﺍ ﻭَﻗَﻌَﺖِ ﺍﻟْﻮَﺍﻗِﻌَﺔُ ( 1) ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻮَﻗْﻌَﺘِﻬَﺎ ﻛَﺎﺫِﺑَﺔٌ ( 2)
ﺧَﺎﻓِﻀَﺔٌ ﺭَﺍﻓِﻌَﺔٌ ( 3) ﺇِﺫَﺍ ﺭُﺟَّﺖِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﺭَﺟًّﺎ (4 )
ﻭَﺑُﺴَّﺖِ ﺍﻟْﺠِﺒَﺎﻝُ ﺑَﺴًّﺎ (5 ) ﻓَﻜَﺎﻧَﺖْ ﻫَﺒَﺎﺀً ﻣُﻨْﺒَﺜًّﺎ (6 )
ﻭَﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟًﺎ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔً (7 ) ﻓَﺄَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﻴْﻤَﻨَﺔِ ﻣَﺎ
ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﻴْﻤَﻨَﺔِ ( 8 ) ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺸْﺄَﻣَﺔِ ﻣَﺎ
ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺸْﺄَﻣَﺔِ ( 9) ﻭَﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻘُﻮﻥَ ﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻘُﻮﻥَ
( 10 ) ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻘَﺮَّﺑُﻮﻥَ ( 11 ) ﻓِﻲ ﺟَﻨَّﺎﺕِ ﺍﻟﻨَّﻌِﻴﻢِ
( 12 ) ﺛُﻠَّﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻟِﻴﻦَ ( 13 ) ﻭَﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮِﻳﻦَ
( 14 )
“ Apabila terjadi hari kiamat,tidak
seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan
(satu golongan) dan meninggikan (golongan
yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung
dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka
jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu
menjadi tiga golongan. Yaitu golongan
kanan. Alangkah mulianya golongan kanan
itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-
orang yang beriman paling dahulu. Mereka
itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada
dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar
dari orang-orang yang terdahulu,dan
segolongan kecil dari orang-orang yang
kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al
furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy
syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal.
51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, kaki dan
tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩَﻯ ﻟِﻰ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺁﺫَﻧْﺘُﻪُ
ﺑِﺎﻟْﺤَﺮْﺏِ ، ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻰَّ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺑِﺸَﻰْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻰَّ
ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﻳَﺘَﻘَﺮَّﺏُ
ﺇِﻟَﻰَّ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣِﺒَّﻪُ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ
ﺳَﻤْﻌَﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻪِ ، ﻭَﺑَﺼَﺮَﻩُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﺑِﻪِ ،
ﻭَﻳَﺪَﻩُ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻳَﺒْﻄُﺶُ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻳَﻤْﺸِﻰ ﺑِﻬَﺎ ،
ﻭَﺇِﻥْ ﺳَﺄَﻟَﻨِﻰ ﻷُﻋْﻄِﻴَﻨَّﻪُ ، ﻭَﻟَﺌِﻦِ ﺍﺳْﺘَﻌَﺎﺫَﻧِﻰ ﻷُﻋِﻴﺬَﻧَّﻪُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa
memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku
akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan
wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa
mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-
amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan
memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi
petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk
pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya. ” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa melakukan amalan
sunnah (mustahab) di samping melakukan
amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan
Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk
pada pendengaran, penglihatan, tangan dan
kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya
do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin,
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad,
hadits ke-38).
Shalat sunah terbagi atas 2 bagian
A- Shalat sunah rawatib
Sholat sunnah rawatib: ialah sholat sunnah
yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat
fardhu (shalat lima waktu).
B. Shalat sunah bukan rawatib
Sholat sunnah bukan rawatib: ialah sholat
sunah yang mempunyai waktu-waktu
tersendiri, sebab-sebab tersendiri dan tidak
ada hubungannya dengan sholat fardhu
(shalatlimawaktu).
A. Shalat sunah rawatib
Ia dibagi 2 bagian:
1. Shalat sunah rawatib mu’akkadah
Muakkadah: yaitu sholat sunah yang selalu
dilakukan oleh Nabi saw. Sholat ini
jumlahnya ada 10 raka’at
• Dua raka’at sebelum shalat Dhuhur
• Dua raka’at setelah shalat Dhuhur
• Dua raka’at setelah shalat Maghrib
• Dua raka’at setelah shalat Isya’
• Dua raka’at sebelum shalat shubuh
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Aku shalat
bersama Rasulallah saw dua raka’at sebelum
shalat dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dua
raka’at sesudah shalat maghrib di rumah
beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di
rumah beliau.” Kemudian ia berkata:
“saudaraku Hafsha pernah meriwayatkan
bahwa Rasulallah saw shalat dua raka’at
ringan ketika terbit fajar (sebelum shalat
subuh).” (HR Bukhari Muslim)
2. Shalat sunah rawatib bukan mu’akkadah
Bukan Mu’akkadah: yaitu shalat sunnah yang
kadang kadang ditinggalkan atau tidak
dilakukan oleh Nabi saw. Shalat ini
jumlahnya ada 12 raka’at, yaitu:
• Dua raka’at sebelum sholat dzuhur
• Dua raka’at sesudah shalat dzuhur
• Empat raka’at sebelum sholat Ashar
• Dua raka’at sebelum sholat Maghrib
• Dua raka’at sebelum sholat Isya’
Dari Umu Habibah ra, Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa yang menjaga empat
rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat
sesudahnya, Allah mengharamkannya dari
api Neraka.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi,
hadits hasan shahih)
Dari Ali r.a. ia berkata, “Nabi saw biasa
shalat empat raka’at sebelum ashar, beliau
membaginya menjadi dua dengan ucapan
salam kepada para malaikat yang selalu
dekat dengan Allah dan kepada orang-orang
yang mengikuti mereka dari kalangan kaum
muslimin dan mukminin.” (HR Hasan
Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Mughaffal ra, Rasulallah
saw bersabda: “Shalatlah kalian sebelum
Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali).
Diakhirnya beliau bersabda: Bagi siapa saja
yang mau melaksankannya. Beliau takut hal
tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai
sunnah. (HR Bukhori)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra ia berkata:
Nabi saw bersabda: “Diantara adzan dan
iqomah ada sholat, diantara adzan dan
iqomah ada sholat (kemudian ketiga kalinya
beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR
Bukhari Muslim)
B. Shalat Sunnah Bukan Rawatib
Shalat ini terbagi atas 2 bagian:
1. Sholat sunnah bukan rawatib yang tidak
dilakukan berjama’ah
• Shalat Witir (Shalat Ganjil)
• Shalat Dhuha
• Shalat Tahiyatul Masjid
• Shalat Setelah Wudhu’
• Shalat Istikharah
• Shalat tahajjud
• Shalat tasbih
• Shalat Awwabin
• Shalat hajat
• Shalat sunnah ihram
• Shalat setelah tawaf
2. Shalat Sunah Bukan Rawatib Yang
Dilakukan Secara Berjama’ah
• Sholat Tarawih
• Sholat Hari Raya (Iedul Fitri & Iedul
Adha)
• Sholat Gerhana
• Shalat Istisqa’ (Minta Hujan)
Shalat sunnah rawatib adalah shalat
sunnah yang mengiringi shalat lima
waktu. Shalat sunnah rawatib yang
dikerjakan sebelum shalat wajib disebut
shalat sunnah qobliyah . Sedangkan
sesudah shalat wajib disebut shalat
sunnah ba’diyah .
Di antara tujuan disyari’atkannya shalat
sunnah qobliyah adalah agar jiwa
memiliki persiapan sebelum
melaksanakan shalat wajib. Perlu
dipersiapkan seperti ini karena
sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan
berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak
lalai dan siap, maka ada shalat sunnah
qobliyah lebih dulu.
Sedangkan shalat sunnah ba’diyah
dilaksanakan untuk menutup beberapa
kekurangan dalam shalat wajib yang baru
dilakukan. Karena pasti ada kekurangan
di sana-sini ketika melakukannya.
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Pertama: Shalat adalah sebaik-baik
amalan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻜُﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ
“Ketahuilah, sebaik-baik amalan bagi
kalian adalah shalat
Kedua: Akan meninggikan derajat di
surga karena banyaknya shalat
tathowwu’ (shalat sunnah) yang
dilakukan
Tsauban –bekas budak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah
ditanyakan mengenai amalan yang dapat
memasukkannya ke dalam surga atau
amalan yang paling dicintai oleh Allah.
Kemudian Tsauban mengatakan bahwa
beliau pernah menanyakan hal tersebut
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lantas beliau menjawab,
ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻻَ ﺗَﺴْﺠُﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺳَﺠْﺪَﺓً
ﺇِﻻَّ ﺭَﻓَﻌَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻬَﺎ ﺩَﺭَﺟَﺔً ﻭَﺣَﻂَّ ﻋَﻨْﻚَ ﺑِﻬَﺎ ﺧَﻄِﻴﺌَﺔً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud
kepada Allah karena tidaklah engkau
bersujud pada Allah dengan sekali sujud
melainkan Allah akan meninggikan satu
derajatmu dan menghapuskan satu
kesalahanmu. Ini baru sekali sujud.
Lantas bagaimanakah dengan banyak
sujud atau banyak shalat yang
dilakukan?!
Ketiga: Menutup kekurangan dalam
shalat wajib
Seseorang dalam shalat lima waktunya
seringkali mendapatkan kekurangan di
sana-sini sebagaimana diisyaratkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴَﻨْﺼَﺮِﻑُ ﻭَﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﺇِﻻَّ ﻋُﺸْﺮُ ﺻَﻼَﺗِﻪِ
ﺗُﺴْﻌُﻬَﺎ ﺛُﻤُﻨُﻬَﺎ ﺳُﺒُﻌُﻬَﺎ ﺳُﺪُﺳُﻬَﺎ ﺧُﻤُﺴُﻬَﺎ ﺭُﺑُﻌُﻬَﺎ ﺛُﻠُﺜُﻬَﺎ
ﻧِﺼْﻔُﻬَﺎ
“Sesungguhnya seseorang ketika selesai
dari shalatnya hanya tercatat baginya
sepersepuluh,
sepersembilan,seperdelapan, sepertujuh,
seperenam, seperlima, seperempat,
sepertiga, separuh dari shalatnya.
Untuk menutup kekurangan ini,
disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣِﻦْ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺟَﻞَّ ﻭَﻋَﺰَّ ﻟِﻤَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ
ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻓِﻰ ﺻَﻼَﺓِ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﺃَﻡْ ﻧَﻘَﺼَﻬَﺎ
ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻛُﺘِﺒَﺖْ ﻟَﻪُ ﺗَﺎﻣَّﺔً ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻧْﺘَﻘَﺺَ
ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ ﻓَﺈِﻥْ
ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ ﻟِﻌَﺒْﺪِﻯ ﻓَﺮِﻳﻀَﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ
ﺛُﻢَّ ﺗُﺆْﺧَﺬُ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﺍﻛُﻢْ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali
akan diperhitungkan dari manusia pada
hari kiamat dari amalan-amalan mereka
adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala
mengatakan pada malaikatnya dan Dia
lebih Mengetahui segala sesuatu,
“Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku,
apakah sempurna ataukah memiliki
kekurangan? Jika shalatnya sempurna,
maka akan dicatat baginya pahala yang
sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat
beberapa kekurangan, maka lihatlah
kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan
shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat
sunnah, maka sempurnakanlah pahala
bagi hamba-Ku dikarenakan shalat
sunnah yang ia lakukan. Kemudian
amalan-amalan lainnya hampir sama
seperti itu.
Keempat: Rutin mengerjakan shalat
rawatib 12 raka’at dalam sehari akan
dibangunkan rumah di surga.
Dari Ummu Habibah –istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﺛْﻨَﺘَﻰْ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓِﻰ ﻳَﻮْﻡٍ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﺑُﻨِﻰَ ﻟَﻪُ
ﺑِﻬِﻦَّ ﺑَﻴْﺖٌ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah
dalam sehari-semalam sebanyak 12
raka’at, maka karena sebab amalan
tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah
di surga.”
Coba kita lihat, bagaimana keadaan para
periwayat hadits ini ketika mendengar
hadits tersebut. Di antara periwayat hadits
di atas adalah An Nu’man bin Salim, ‘Amr
bin Aws, ‘Ambasah bin Abi Sufyan dan
Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang mendengar dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara
langsung.
Ummu Habibah mengatakan, Aku tidak
pernah meninggalkan shalat sunnah dua
belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut langsung dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ”
‘Ambasah mengatakan,“Aku tidak pernah
meninggalkan shalat sunnah dua belas
raka’at dalam sehari sejak aku mendengar
hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws mengatakan,“Aku tidak
pernah meninggalkan shalat sunnah dua
belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut dari
‘Ambasah.”
An Nu’man bin Salim mengatakan,“Aku
tidak pernah meninggalkan shalat sunnah
dua belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin
Aws.
Yang dimaksudkan dengan shalat sunnah
dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan
dalam riwayat At Tirmidzi, dari ‘Aisyah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﻣَﻦْ ﺛَﺎﺑَﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺛِﻨْﺘَﻰْ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﺑَﻨَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﻟَﻪُ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺃَﺭْﺑَﻊِ ﺭَﻛَﻌَﺎﺕٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮِ ﻭَﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ
ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ﻭَﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﻭَﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ
ﻭَﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah
dua belas raka’at dalam sehari, maka
Allah akan membangunkan bagi dia
sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at
tersebut adalah empat raka’at sebelum
zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua
raka’at sesudah maghrib, dua raka’at
sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum
shubuh.
Hadits di atas menunjukkan
dianjurkannya merutinkan shalat sunnah
rawatib sebanyak 12 raka’at setiap
harinya.
Dua belas raka’at rawatib yang dianjurkan
untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at
sebelum Zhuhur, [2] dua raka’at sesudah
Zhuhur, [3] dua raka’at sesudah Maghrib,
[4] dua raka’at sesudah ‘Isya’, [5] dua
raka’at sebelum Shubuh.
Shalat Qobliyah Shubuh Jangan Sampai
Ditinggalkan
Shalat sunnah qobliyah shubuh atau
shalat sunnah fajr memiliki keutamaan
sangat luar biasa. Di antaranya disebutkan
dalam hadits ‘Aisyah,
ﺭَﻛْﻌَﺘَﺎ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ
“Dua raka’at sunnah fajar (qobliyah
shubuh) lebih baik daripada dunia dan
seisinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
bersemangat melakukan shalat ini,
sampai-sampai ketika safar pun beliau
terus merutinkannya.
‘Aisyah mengatakan,
ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻰْﺀٍ
ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺃَﺷَﺪَّ ﻣِﻨْﻪُ ﺗَﻌَﺎﻫُﺪًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻰِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
memiliki perhatian yang luar biasa untuk
shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.
Ibnul Qayyim mengatakan,“Termasuk di
antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika bersafar adalah
mengqoshor shalat fardhu dan beliau
tidak mengerjakan shalat sunnah rawatib
qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau
tetap lakukan adalah mengerjakan shalat
sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah
shubuh. Beliau tidak pernah
meninggalkan kedua shalat ini baik ketika
bermukim dan ketika bersafar.
Niat Sholat Rawatib
Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang
dikerjakan mengiringi shalat fardhu.
Niatnya :
a. Qabliyah, adalah shalat sunnah
rawatib yang dikerjakan sebelum shalat
wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum
shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat
Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat
Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’.
Niatnya:
‘U shalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini
Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa ’ Artinya: ‘ aku
niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua
rakaat karena Allah ’
* bisa diganti dengan shalat wajib
yang akan dikerjakan.
b. Ba’diyyah, adalah shalat sunnah
rawatib yang dikerjakan setelah shalat
fardhu. Waktunya : 2
atau 4 rakaat sesudah shalat
Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib
dan 2 rakaat sesudah
shalat Isya
Macam-Macam sholat sunnah
Macam shalat sunah adalah : 1. Shalat
Wudhu, Yaitu shalat sunnah dua rakaat yang
bisa dikerjakan setiap selesai wudhu, niatnya
: Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
wudhu dua rakaat karena Allah ’ 2. Shalat
Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua
rakaat yang dikerjakan ketika memasuki
masjid, sebelum duduk untuk menghormati
masjid. Rasulullah bersabda
‘Apabila seseorang diantara kamu masuk
masjid, maka janganlah hendak duduk
sebelum shalat dua rakaat lebih
dahulu’ (H.R. Bukhari dan Muslim). Niatnya
:
‘ Ushalli sunnatal Tahiyatul
Masjidi rak’ataini lillahi Ta’aalaa ’ Artinya :
‘ aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua
rakaat karena Allah ’
3. Shalat Dhuha. Adalah shalat sunnah
yang dikerjakan ketika matahari baru naik.
Jumlah rakaatnya minimal 2 maksimal 12.
Dari Anas berkata Rasulullah ‘Barang siapa
shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan
membuatkan untuknya istana disurga’ (H.R.
Tarmiji dan Abu Majah). Niatnya :
‘ Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
dhuha dua rakaat karena Allah ’
4. Shalat Tahajud, adalah shalat sunnah
pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah
malam. Dan setelah tidur. Minimal 2 rakaat
maksimal sebatas kemampuan kita.
Keutamaan shalat ini, diterangkan dalam Al-
Qur’an. ‘ Dan pada sebagian malam hari
bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang
terpuji ’(Q.S. Al Isra : 79 ). Niatnya :
‘ Ushalli sunnatal tahajjudi rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
tahajjud dua rakaat karena Allah ’
5. Shalat Istikharah, adalah shalat sunnah
dua rakaat untuk meminta petunjuk yang
baik, apabila kita menghadapi dua pilihan,
atau ragu dalam mengambil keputusan.
Sebaiknya dikerjakan pada 2/3 malam
terakhir. Niatnya :
‘ Ushalli sunnatal Istikharah rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
Istikharah dua rakaat karena Allah ’
7. Shalat Hajat, adala shalat sunnah dua
rakaat untuk memohon agar hajat kita
dikabulkan atau diperkenankan oleh Allah
SWT. Minimal 2 rakaat maksimal 12 rakaat
dengan salam setiap 2 rakaat. Niatnya :
‘ Ushalli sunnatal Haajati rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
hajat dua rakaat karena Allah ’
8. S halat Mutlaq, adalah shalat sunnah
tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya,
juga tidak dibatasi jumlah rakaatnya. ‘ Shalat
itu suatu perkara yang baik, banyak atau
sedikit’ (Al Hadis). Niatnya :
‘ Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
dua rakaat karena Allah ’
9. Shalat Taubat, adalah shalat sunnah
yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa
kepada Allah SWT, agar mendapat
ampunan-Nya. Niatnya:
‘ Ushalli sunnatal Taubati rak’ataini lillahi
Ta’aalaa ’ Artinya : ‘ aku niat shalat sunnah
taubat dua rakaat karena Allah ’
10. Shalat Tasbih, adalah shalat sunnah
yang dianjurkan dikerjakan setiap malam,
jika tidak bisa seminggu sekali, atau paling
tidak seumur hidup sekali. Shalat ini
sebanyak empat rakaat, dengan ketentuan
jika dikerjakan pada siang hari cukup
dengan satu salam, Jika dikerjakan pada
malam hari dengan dua salam. Cara
mengerjakannya
Niat :
‘ Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi
ta’aalaa ’ artinya ‘ aku niat shalat sunnah
tasbih dua rakaat karena Allah ’
a. Usai membaca surat Al Fatehah membaca
tasbih 15 kali.
b. Saat ruku’, usai membaca do’a ruku
membaca tasbih 10 kali
c. Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal
membaca tasbih 10 kali
d. Saat sujud, usai membaca doa sujud
membaca tasbih 10 kali
e. Usai membaa do’a duduk diantara dua
sujud membaca tasbi 10 kali.
f. Usai membaca doa sujud kedua membaca
tasbih 10 kali.
Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada
setiap rakaatnya sebanyak 75 kali. Lafadz
bacaan tasbih yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
‘ Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha
illallahu wallahu akbar ’ artinya : ‘ Maha suci
Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi
Akkah, Dzat yang Maha Agung ’.
11. Shalat Tarawih, adalah shalat sunnah
sesudah shalat Isya’pada bulan Ramadhan.
Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan
dalam hadis. ‘ Yang dikerjakan oleh
Rasulullah saw, baik pada bulan ramadhan
atau lainnya tidak lebih dari sebelas
rakaat ’ (H.R. Bukhari). Dari Jabir
‘ Sesungguhnya Nabi saw telah shallat
bersama-sama mereka delapan rakaat,
kemudian beliau shalat witir. ’ (H.R. Ibnu
Hiban)
Pada masa khalifah Umar bin Khathtab,
shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20
rakaat dan hal ini tidak dibantah oleh para
sahabat terkenal dan terkemuka. Kemudian
pada zaman Umar bin Abdul Aziz
bilangannya dijadikan 36 rakaat. Dengan
demikian bilangan rakaatnya tidak
ditetapkan secara pasti dalam syara’, jadi
tergantung pada kemampuan kita masing-
masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat. Niat
shalat tarawih :
‘ Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini
(Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa ’
artinya : ‘ Aku niat shalat sunat tarawih dua
rakaat (imamam/makmum) karena Allah ’
12. Shalat Witir, adalah shalat sunnat
mu’akad (dianjurkan) yang biasanya
dirangkaikan dengan shalat tarawih,
Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11
rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah
‘ Witir itu hak, maka siapa yang suka
mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang
suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan
siapa yang suka satu maka
kerjakanlah ’(H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari
Aisyah : ‘ Adalah nabi saw. Shalat sebelas
rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar.
Beliau memberi salam setiap dua rakaatdan
yang penghabisan satu rakaat’ (H.R. Bukhari
dan Muslim)
‘ Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi
ta’aalaa ’artinya : ‘Aku niat shalat sunnat
witir dua rakaat karena Allah ’
13. Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri
pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10
Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu’akad
(dianjurkan).’ Sesungguhnya kami telah
memberi engkau (yaa Muhammad) akan
kebajikan yang banyak, sebab itu shalatlah
engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu ‘
pada Idul Adha – ‘(Q.S. Al Kautsar.1-2)Dari
Ibnu Umar ‘ Rasulullah, Abu Bakar, Umar
pernah melakukan shalat pada dua hari raya
sebelum berkhutbah. ’(H.R. Jama’ah). Niat
Shalat Idul Fitri :
‘ Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini
(imamam/makmumam) lillahita’aalaa ’
artinya : ‘ Aku niat shalat idul fitri dua rakaat
(imam/makmum) karena Allah ’
Niat Shalat Idul Adha :
‘ Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini
(imamam/makmumam) lillahita’aalaa ’
artinya : ‘ Aku niat shalat idul adha dua
rakaat (imam/makmum) karena Allah
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit
matahari sampai condongnya matahari.
Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti
shalat yang lainnya. Hanya ditambah
beberapa sunnat sebagai berikut:
a. Berjamaah
b. Takbir tujuh kali pada rakaat pertama,
dan lima kali pada rakat kedua
c. Mengangkat tangan setinggi bahu pada
setiap takbir.
d. Setelah takbir yang kedua sampai takbir
yang terakhir membaca tasbih.
e. Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan
surat Al Qomar di rakaat kedua.
Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al
Ghasiyah pada rakaat kedua.
f. Imam menyaringkan bacaannya.
g. Khutbah dua kali setelah shalat
sebagaimana khutbah jum’at
h. Pada khutbah Idul Fitri memaparkan
tentang zakat fitrah dan pada Idul
Adha tentang hukum-hukum Qurban.
i. Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-
baiknya.
j. Makan terlebih dahulu pada shalat Idul
Fitri pada Shalat Idul Adha
sebaliknya.
14. Shalat Khusuf, adalah shalat sunat
sewaktu terjadi gerhana bulan atau
matahari. Minimal dua rakaat. Caranya
mengerjakannya :
a. Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’
yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan
I’tidal membaca fatihah lagi kemudian ruku’
dan I’tidal kembali setelah itu sujud
sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat
kedua.
b. Disunatkan membaca surat yang panjang,
sedang membacanya pada waktu gerhana
bulan harus nyaring sedangkan pada
gerhana matahari sebaliknya.
Niat shalat gerhana bulan :
‘ Ushalli sunnatal khusuufi
rak’ataini lillahita’aalaa ’ artinya : ‘ Aku niat
shalat gerhana bulan dua rakaat karena
Allah ’
15. Shalat Istiqa’, adalah shalat sunat yang
dikerjakan untuk memohon hujan kepada
Allah SWT. Niatnya ‘
‘ Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini
(imamam/makmumam) lillahita’aalaa ’
artinya : ‘ Aku niat shalat istisqaa dua rakaat
(imam/makmum) karena Allah’
Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :
a. Tiga hari sebelumnya agar ulama
memerintahkan umatnya bertaobat
dengan berpusa dan meninggalkan segala
kedzaliman serta menganjurkan beramal
shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu
mengakibatkan hilangnya rejeki dan
datangnya murka Allah. ‘ Apabila kami
hendak membinasakan suatu negeri, maka
lebih dulu kami perbanyak orang-orang yang
fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa,
lalu kami robohkan (hancurkan) negeri
mereka sehancur-hancurnya ’(Q.S. Al Isra’ :
16).
b. Pada hari keempat semua penduduk
termasuk yang lemah dianjurkan pergi
kelapangan dengan pakaian sederana dan
tanpa wangi-wangian untuk shalat Istisqa’
c. Usai shalat diadakan khutbah dua kali.
Pada khutbah pertama hendaknya membaca
istigfar 9 X dan pada khutbah kedua 7 X.
Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan
khutbah lainnya, yaitu :
a. Khatib disunatkan memakai selendang.
b. Isi khutbah menganjurkan banyak
beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah
SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
c. Saat berdo’a hendaknya mengangkat
tangan setinggi-tingginya.
Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib
hendaknya menghadap kiblat membelakangi
makmumnya